Powered by Blogger.

Anakku, Bidadari Kecilku, Guru Kehidupanku


Selama ini yang kita ketahui Ibu adalah guru terbaik bagi anaknya, tapi tahukah kalian bahwa seorang anak pun dapat menjadi guru bagi Ibunya? Aku ingin bercerita mengenai pengalamanku. Bulan November lalu pernahkah kalian mendengar berita mengenai anak balita yang menderita neuroblastoma? Ya, dialah putriku Ashira Shalva Riko yang biasa dipanggil Ashira/Non. Setelah kepergiannya baru aku sadari bahwa ia telah mengajariku berbagai hal dalam hidup ini, semenjak ia dalam kandungan hingga akhirnya ia harus lebih dulu pergi meninggalkanku.
Masih teringat jelas semua kenangan yang aku lewati bersamanya. Saat kandunganku berumur 3 bulan aku mengalami pendarahan karena kecapekan hingga harus dirawat di rumah sakit, bed rest hampir 1 bulan lamanya. Kehamilanku bertambah besar, sehat, dan tidak ada masalah. Tak terasa akhirnya putriku lahir ke dunia ini dengan persalinan normal tanpa aku harus mengalami kontraksi yang memakan waktu lama. Bahagia rasanya dikaruniai putri kecil yang sehat dan cantik, hari-hariku terasa lengkap dengan kehadirannya. Aku adalah seorang Ibu bekerja, perjuangan memberi ASI eksklusif  bisa aku lewati selama 8 bulan. Weekend atau hari libur lainnya selalu kami sekeluarga nantikan karena bisa berkumpul melepas kangen setelah beberapa hari bekerja.

Perkembangannya begitu pesat, ia tumbuh menjadi gadis kecil yang riang, senyumannya, ocehan, bahkan tangisannya memberi warna tersendiri dalam kehidupanku. Di usianya yang berumur 2 tahun aku dan suami berkomunikasi dengan Ashira layaknya berbicara dengan anak umur 4 tahun. Kami memasukkan Ashira ke sekolah agar ia bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya dan dapat menuangkan kreativitas yang dimilikinya. Ashira jarang sekali mengeluh, menangis tanpa sebab ataupun rewel. Tak pernah sekalipun terbersit di hati bahwa anakku menderita penyakit Neuroblastoma, yaitu kanker pada sistem  syaraf yang sering ditemukan  pada anak usia balita.

Beberapa bulan terakhir sebelum kepergiannya Ashira sering mengalami batuk, pilek, demam sama seperti yang dialami anak lain pada umumnya tanpa gejala yang signifikan. Sampai pada akhirnya perut terasa kembung dan keras hingga aku membawanya ke dokter ahli pencernaan anak. Serangkaian tes harus dijalani untuk mendiagnosa penyakit apa yang dideritanya. Aku bertekad apapun yang terjadi kepada Ashira, aku akan menemani dan selalu berada di sampingnya selama masa pengobatan sampai Ashira dinyatakan sembuh.
Pada akhirnya, karena satu dan lain hal kami sekeluarga memutuskan untuk pergi ke Guangzhou Cina untuk melanjutkan pengobatan. Kami ditangani oleh tim profesional yang memiliki empati luar biasa. Segala upaya telah dilakukan untuk kesembuhan Ashira, berbagai alat medis berada di tubuh putriku. Tidak kulihat lagi Ashira yang riang, Ia lebih banyak terdiam karena menahan rasa sakit. Pasti ia tidak ingin membuat orang tuanya bersedih, bahkan beberapa hari sebelum kepergiannya respon Ashira sangatlah baik. Ia mau makan, aku dan suami bahagia sekali dengan responnya yang ingin menonton video favoritnya di iPad. Semua akan kulakukan memberikan yang terbaik untuk kebahagian dan kesembuhannya.

Sahabat-sahabatku membuat gerakan di social media seperti Path, Instagram, Twitter, juga email atas nama prayforashira. Begitu besar empati dari masyarakat, karena banyak orang yang tidak kukenal memberi support dan bantuan yang tidak pernah kuduga. Support yang datang membuatku semakin kuat, optimis, dan merasa tidak sendiri menghadapi cobaan ini.  Setiap melihat wajahnya, ingin rasanya aku menggantikannya menderita rasa sakit. Tatapan mata indahnya selalu menguatkanku, betapa ikhlas dan kuatnya ia menanggung penderitaannya. Keadaan fisiknya semakin memburuk, segala upaya terbaik sudah dilakukan agar anakku tetap bertahan hidup. Ia ingin selalu digendong dan berada di dekatku, disitulah aku merasa ikatan batin antara Ibu dan anak sangatlah kuat.
Pernah aku merasa kenapa aku yang dipilih Allah untuk menerima cobaan berat ini? Banyak para Ibu di luar sana yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya, tapi kenapa harus aku yang dipilih? Aku tersadar bahwa Allah tidak akan pernah memberi cobaan melebihi kemampuan umatnya. Ikhlas, hanya rasa itu yang aku punya. Malam itu aku harus menghadapi kenyataan yang luar biasa beratnya, Allah berkehendak lain. Aku harus merelakan putriku Ashira dipanggil Sang Pencipta sampai pada akhirnya aku mengucap Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Aku memeluk dan menciumnya dengan derasnya air mata, menyentuh pipinya dengan tangan gemetar.
Aku tersadar bahwa anak adalah titipan Sang Pencipta. Aku sangat menyayanginya tapi Allah lebih menyayangi Ashira, menginginkannya untuk sembuh dari rasa sakit dan tidak menderita lagi. Kini ia bahagia bersama bidadari surga lainnya. Kepergian anakku memberikan banyak pelajaran dan pesan berharga, mengajariku untuk sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan. Tolong menolong terhadap sesama juga hikmah yang aku dapat dari kepergiannya. Kalian yang lebih beruntung dariku dapat berkumpul bersama anakmu, sayangilah mereka dengan tulus karena hanya kebersamaan, perhatian, dan cinta tulus seorang Ibu yang anak kita butuhkan. Jadikan mereka apa adanya. Penggalan syair Anak-Anakmu dari Kahlil Gibran ini sangat menginspirasiku

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri

Terima kasih Allah telah menganugerahkan, mempercayaiku untuk mengasuh dan merawat Ashira walaupun hanya 2 tahun 4 bulan lamanya masa indah bersama. Mama yakin suatu saat nanti kita akan berkumpul kembali Non. Doakan orang tuamu agar selalu kuat dan tabah menjalani hidup kedepan, begitupula kami akan selalu mendoakan dan mengenangmu.  Selamat jalan anakku Ashira Shalva Riko, bidadari kecilku guru kehidupanku.

Selamat hari Ibu untuk semua Ibu hebat di seluruh Indonesia.

Salam,

Reivina Raymond

4 comments:

  1. Super mom with a big big heart. Rest in love beautiful angel, Ashira. Our shinning star.

    ReplyDelete
  2. Stay strong momny reivina...

    Cerita mommy bikin aku sadar, kadang aku tidak perduli dgn anak2ku krn lbh mementingkan pekerjaan rumah tangga yg tiada habisnya....

    Thank you ashira n mommy reivina utk sharingnya :)

    ReplyDelete
  3. Reivi,

    I remember you as my classmate, but now I know you as a mother with a heart as deep as the ocean. You and Non have touched so many lives. Bless you and your little angel. May Ashira rest in peace. And may peace also soothe your aching heart. We love you.

    ReplyDelete
  4. Ya Allah..sayangi Ashira Shalva yang sekarang bersama Mu..Semoga Mama Revi and Papa Riko diberikan ketabahann dan Ikhlas yang luar biasa agar bisa menerima semua ini. Amin. Sebagai seorang ibu,saya bisa merasakan betapa kehilangan dr mama Revi terhadap kepergian putri nya.

    ReplyDelete