Baca? Hobi Banget!
Rasanya
sudah seabad saya tidak menulis. Blog atau cerita pendek iseng hampir tidak
pernah ada di dalam daftar kegiatan harian saya belakangan. Payah pokoknya.
But today I did this
for The World Book Day!. Tentang hobi lama saya. Membaca. Jadi di tengah tenggat waktu
di kantor yang ketatnya lebih membikin sesak daripada ketatnya celana yoga,
saya punya waktu… tidak lebih dari tiga puluh menit. So I better be quick.
Membaca.
Kegiatan
satu ini telah masuk ke dalam daftar hobi saya selain tidur dan makan. Mulai dari
membaca komik, novel, surat kabar, kitab suci, atau sesederhana lini waktu atau
pesan di messenger, semua saya suka.
Kecuali mungkin baca buku tabungan. Itu soal lain. #curhat
Yang
namanya membaca ini memang sudah jadi hobi saya bahkan sejak zaman saya belum
becus mengenakan celana sendiri. Awalnya hanya komik. Doraemon, Sailor Moon,
Dragon Ball dan Candy Candy. Simpel. Klasik. Lalu kemudian sedikit meluas range-nya pada saat saya naik ke jenjang
SMP. Goosebumps dan Sherlock Holmes. Lalu kemudian merembet ke chicklit dan Chicken Soup for Teenage
Soul pada saat masa SMA. Zaman kuliah, selain membaca buku-buku bertemakan
keuangan dan akuntansi yang masing-masing tebalnya lebih dari 5 senti, saya
berkenalan dengan penulis-penulis yang berada di ujung tombak perkembangan sastra
di Indonesia pada masa itu seperti Dee (Dewi Lestari), Fira Basuki, Sekar Ayu
Asmara, dan Djenar Maesa Ayu. Selain itu, karya-karya milik Dan Brown juga
menjadi favorit saya.
Kecintaan
saya terhadap buku, terutama buku fiksi, bisa dibilang terancam dengan semakin
bertambahnya tingkat kesibukan sehari-hari. Tingkat pekerjaan, acara kumpul-kumpul
dengan teman dan keluarga, dan (tentunya) lalu lintas ibu kota yang ternyata lebih
kejam daripada ibu tiri mungkin adalah beberapa hal yang menjadi alasan klise
untuk menghalangi hobi membaca, termasuk untuk saya. Untuk periode waktu yang
tidak sebentar, saya sempat putus hubungan dengan hobi lama ini. Pernah ada
satu fase di dalam hidup saya ketika hubungan saya dengan buku hanya sekedar
saya pergi ke toko buku, lihat-lihat, menghirup dalam-dalam aroma buku di
sekitar saya (it’s a weird habit, I know),
dan pulang tanpa membeli buku apapun karena sadar bahwa tumpukan buku baru yang
belum saya baca di rumah masih… satu
rak!
Tapi
belakangan saya kena tulahnya. Saya kurang bisa fokus dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Konsentrasi saya menjadi mudah teralihkan dan saya menjadi pelupa.
Selain karena faktor, uhmmm, umur, one
way or another, saya menemukan bahwa secara langsung atau tidak langsung,
alasannya adalah karena saya jarang membaca. Jadi saya kembali membiasakan diri
saya. Di awal tahun 2015 ini saya membuat proyek kecil-kecilan bersama sahabat
saya yang memiliki umur keluhan yang sama dengan saya. Proyeknya mudah.
Semudah membaca minimal satu buku selama satu bulan. Menjalani proyek ini
bersama dengan orang lain menambah motivasi saya untuk memenuhi target setiap
bulannya. Dan sampai bulan April ini, I
can proudly say that I have read more than 6 books! Mungkin bukan jumlah fantastis untuk kutu buku lain di luar
sana. But it is something for a pathetic white-collar
slave like me who often has to stay at the office until midnight.
#curhatlagi
Buku
elektronik atau ebook belakangan
menjadi pilihan saya untuk bahan bacaan sehari-hari. Bukan berarti saya lebih pro kepada cetak digital daripada hard copy
(saya masih setia dengan kebiasaan aneh mencium aroma buku), tetapi di dalam
era yang menuntut segala hal untuk menjadi serba praktis seperti ini, choosing ebook is not a sin. Dengan
adanya ebook, kegiatan membaca dapat
dilakukan di segala tempat bahkan hanya bermodalkan sebuah ponsel pintar.
So, why stop reading?
Happy World Book Day!
By: Exalandra
For #aksibaca from a white-collar senior slave, who has fallen in love with Sir Arthur
Conan Doyle’s “A Study in Scarlet” ever since she was 12 years old
0 comments:
Post a Comment